PERKANTAS SULUT
VISI PERKANTAS Mempersiapkan siswa dan mahasiswa menjadi alumni yang dewasa dan menjadi berkat dalam keluarga, gereja, bangsa dan negara serta dunia
Cari Blog Ini
Senin, 05 Juli 2010
Selasa, 22 Juni 2010
History
Allah yang Membuat Sejarah
BERDIRINYA PERKANTAS DI INDONESIA
Kalau kita berbicara tentang sejarah pelayanan mahasiswa di Indonesia, khususnya Perkantas, maka kita tidak boleh melupakan salah satu universitas di Inggris, yaitu Universitas Cambridge.
Melalui pergumulan sekelompok mahasisiwa Kristen di kampus ini, lahirlah Gerakan Pelayanan Mahasiswa Injili di seluruh dunia, yaitu International Fellowship of Evangelical Students (IFES) pada tahun 1947. Persekutuan mahasiswa ini di kemudian hari menghasilkan misionaris-misionaris yang sangat terkenal di dunia dan memenangkan berjuta-juta orang bagi Kristus.
Gerakan Pelayanan Mahasiswa Injili di Universitas Cambridge mulai berkembang pada zaman Charles Simeon (1759-1836). Hamba Tuhan yang setia dan sungguh-sungguh mengasihi Tuhan ini dengan tekun melayani para mahasiswa. Tekanan pelayanan mahasiswa tersebut adalah berdoa bersama, mempelajari Alkitab bersama, menyaksikan Yesus Kristus kepada mereka yang belum percaya, dan mengambil bagian atau bahkan memotori gerakan misi dunia. Dimulainya pelayanan mahasiswa injili ini, juga tidak terlepas dari pengaruh David Livingstone, Hudson Taylor, Charles, dan John Wesley.Setelah melalui pergumulan berpuluh tahun, akhirnya tahun 1877, tepatnya bulan Maret, dimulailah Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) di Universitas Cambridge secara resmi. Inilah persekutuan kampus injili pertama di dunia yang tercatat dalam sejarah IFES.
Apakah mereka hanya sampai di situ? Tidak, perjalanan masih panjang. Mereka semakin diberkati Tuhan di tengah-tengah pergulatan yang hebat, khususnya melawan ajaran-ajaran teologia liberal yang cukup kuat mempengaruhi pikiran mahasiswa-mahasiswa Kristen. Pengaruh teologia liberal ini mengakibatkan perpecahan dalam tubuh persekutuan. Dari perpecahan ini, ada segelintir mahasiswa yang tetap berpegang teguh pada Firman Allah. Mereka kembali memulai pelayanan mahasiswa yang injili dengan satu kelompok kecil.
Seorang tokoh mahasiswa injili, Robert Wilter, menulis surat kepada temannya yang ragu-ragu terhadap ajaran liberal: "Hal-hal yang paling memprihatinkan saya - hal-hal untuk mana saya hidup dan kalau perlu mati - adalah hal-hal yang tidak terlalu berarti bagimu. Engkau tidak menolak mereka, tetapi juga tidak meyakini ajaran mereka".
Walaupun mereka banyak mengalami pergumulan yang berat, mereka tetap teguh pada misi semula, yaitu untuk mencapai jiwa-jiwa yang terhilang di Inggris dan di bagian dunia yang lain. Tidak heran, melalui persekutuan ini terjadi gerakan misi dunia yang luar biasa. Banyak mahasiswa-mahasiswa terbaik dari universitas ini menyerahkan diri menjadi misionaris. Salah satu kelompok yang sangat terkenal adalah The Cambridge Seven (Kelompok 7 Cambridge).
Persekutuan kampus ini kemudian mempengaruhi kampus-kampus lain di Inggris. Bersama dengan persekutuan kampus Oxford dan beberapa persekutan kampus lainnya, mereka mendirikan Inter-varsity Fellowship Inggris yang kemudian berubah nama menjadi "Universities and Colleges Christian Fellowship" (UCCF) atau Perkantas Inggris pada tahun 1928. UCCF kemudian mengutus seorang hamba Tuhan, Howard Guinness, untuk merintis pelayanan mahasiswa injili ke Kanada. Beberapa tahun sesudah itu, dia ke Australia dan Selandia Baru untuk merintis hal yang sama. Kemudian pada tahun 1936, AFES, Australia Fellowship of Evangelical Student (Perkantas Australia) secara resmi berdiri.
Inilah kuasa Allah. Dia telah memulai pekerjaaan di kalangan mahasiswa dan meneruskannya. Allah telah membuat sejarah pelayanan mahasiswa. Dan Dia pulalah yang terus-menerus mengatur jalannya sejarah, termasuk sejarah kehidupan seseorang.
Di Australia
AFES kemudian membentuk satu persekutuan khusus untuk mahasiswa-mahasiswa yang datang dari luar negeri, yang diberi nama Overseas Christian Fellowship (OCF). Kehadirannya sungguh menjadi berkat bagi kita sekarang, karena di OCF-lah beberapa mahasiswa Indonesia ikut ambil bagian. Dari sinilah pelayanan Perkantas di Indonesia dimulai dalam doa.
Bulan Desember 1963, Jonathan Parapak ketika itu masih mahasiswa tingkat II Fakulatas Teknik Elektro Universitas Hobart, bertemu dengan Ir. Soen Siregar, sarjana teknik sipil dan mesin lulusan Universitas Adelaide, Melbourne, Australia. Pertemuan ini merupakan titik permulaan pelayanan mereka melalui Perkantas di Indonesia. Pada kesempatan itu mereka berdoa bersama untuk pelayanan mahasiswa di Indonesia. Kerinduan ini makin besar, karena mereka telah merasakan banyak sekali berkat yang mereka terima melalui kelompok-kelompok Pemahaman Alkitab (PA) dan Persekutuan Doa (PD) di kampus masing-masing.
Di Indonesia
Pada tahun 1964, Ir. Soen kembali ke Indonesia dan mulai merintis pelayanan melalui persekutuan yang dipimpinnya dan memberikan pembinaan di gerejanya. Kembalinya Soen ke Indonesia tidak berarti hubungan di antara mereka berhenti. Korespondensi terus berlangsung, saling menguatkan, saling mendoakan, dan saling menceritakan pengalaman bersama Tuhan. Jonathan terus aktif di persekutuan kampusnya yang kemudian "menyedot" Jimmy Kuswadi yang ketika itu ada di Australia dalam rangka tugas belajar.
Pada tahun 1967, Chua Wee Hian, waktu itu General Secretary FES Singapore dan tahun 1985 sebagai General Secretary of IFES, mengunjungi Indonesia. Bersama dengan Soen Siregar mulai merintis pelayanan di antara mahasiswa teologia di Jakarta. Persekutuan ini melibatkan beberapa mahasiswa STT Jakarta, dan salah satu di antaranya adalah Charles Christano yang "memenangkan" Linda Gondowinata - sekarang Ny. Linda Adidjaja.
Pada tahun 1969, Ada Lum, staf IFES, mengunjungi Indonesia beberapa bulan. Dalam kunjungan inilah, pelayanan mahasiswa Perkantas semakin mendekati kenyataannya. Pada tahun yang sama, Jonathan kembali ke Indonesia dan mereka mulai merealisasikan apa yang sudah mereka rencanakan dan doakan bersama pada tahun 1963. Mereka mulai bersekutu ditambah dengan Alma, istri Ir. Soen, juga Ir. David Wang, alumnus dari Amerika yang selalu ikut dalam pertemuan-pertemuan mereka. Ketiga alumni ini mulai mencari mahasiswa yang mau dilibatkan dalam persekutuan mereka, terutama dari GMKI. Dalam usaha pencarian ini, mereka melayani melalui GMKI. Mereka memakai organisasi ini sebagai jalur pelayanan, sebab mereka tidak ingin membentuk organisasi lain di luar organisasi Kristen yang sudah ada. Tapi ternyata usaha ini sia-sia.
Sementara itu, korespondensi dengan Jimmy Kuswadi yang ketika itu baru menyelesaikan studinya, mengalami perkembangan baru. Jimmy terpanggil untuk melayani secara fulltime. Sebagai seorang yang sejak kecil bercita-cita menjadi insinyur elektro, hal itu cukup baginya. Baru saja ia mencapai cita-citanya itu, Tuhan memanggilnya untuk suatu tugas yang lain. Jimmy terpanggil untuk memberikan sepersepuluh dari masa kerjanya secara penuh kepada Tuhan, yaitu selama 3 tahun. Ia sadar, bahwa 3 tahun kemudian tentu akan menyebabkan dirinya "ketinggalan kereta" di bidang elektro. Tetapi panggilan itu begitu jelas baginya, sehingga setelah ia kembali ke Indonesia bulan Juni 1970. Bulan September Jimmy mulai bekerja secara resmi di pelayanan ini (pelayanan mahasiswa). Mereka memustuskan untuk melakukan pelayanan itu di luar organisasi-organisasi yang sudah ada tanpa membentuk organisasi baru.
Di bulan November 1970, para alumni tersebut mengundang beberapa organisasi Kristen yang ada di Jakarta, seperti para Navigator, GMKI, Campus Crusade, dan OMF, untuk menjelaskan panggilan mereka. Pertemuan ini diadakan di gereja GKI Kwitang. Pada kesempatan itu, para wakil yang hadir memang merasakan masih ada bidang pelayanan yang belum terisi, yaitu pelayanan injili di kalangan mahasiswa. Setelah pertemuan tersebut, usaha terus dilakukan untuk mencari mahasiswa yang akan diajak membentuk kelompok doa dan PA.
Tetapi organisasi tanpa nama yang direncanakan semula tidak dapat bertahan lama, karena situasi politik pada masa itu, sehingga tanggal 29 Juni 1971, keempat alumni ini (Ir. Soen Siregar, Ir. Jonathan Parapak, Ir. David Wang, dan Ir. Jimmy Kuswadi), membentuk "Yayasan Persekutuan Kristen Antar Universitas" (Perkantas), dengan Ir. Soen Siregar sebagai Ketua. Jimmy melayani di Perkantas sampai bulan Agustus 1974, kemudian berangkat ke Australia dan tinggal di sana sampai sekarang.
Harapan di Masa Mendatang
Dari catatan-catatan ini, kita melihat bahwa Allah memulai pelayanan mahasiswa (Perkantas) di Indonesia dengan jalan menaruh beban kepada dua anak-Nya yang sedang berada di luar negeri. Mulanya hanya dua orang, tapi Tuhan tidak membiarkan keduanya memikul beban sendirian. Melalui doa dan pergumulan, akhirnya beberapa orang bergabung dengan mereka, sehingga terbentuklah kelompok kecil; suatu kelompok kecil yang berdoa, mempelajari Alkitab dan bersaksi. Kelompok kecil seperti inilah yang menjadi ciri pelayanan Perkantas. Kelompok kecil adalah tulang-punggung pelayanan Perkantas. Kelompok kecil yang baik akan menghidupkan pelayanan pribadi dan membangun persekutuan besar.
Kini di usianya yang ke 30, Tuhan sudah mengerjakan banyak perkara besar. Kini tidak hanya satu kelompok kecil, tetapi ratusan. Kini tidak hanya satu persekutuan kampus, tetapi ratusan. Kini Perkantas tidak hanya ada di Jakarta, tetapi hampir tersebar di seluruh propinsi di Indonesia. Bahkan sekarang tidak hanya persekutuan mahasiswa, tetapi juga persekutuan siswa, alumni, dan medis.
[1] Artikel ini diambil dari buku 30 th Perkantas
SHARING
Sejarah Lagu
"All the Way My Savior Leads Me"
Submitted by admin on 29 Agustus, 2006 - 15:21.Judul lagu: All the Way My Savior Leads Me
Pengarang : Fanny J. Crosby
Komposer : Robert Lowry
Lagu ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Allah atas jawaban doa. Suatu hari, pengarang lagu ini, Fanny J. Crosby sangat membutuhkan 5 dolar dan ia tidak tahu dari mana ia akan mendapatkan uang sejumlah itu. Seperti biasa, ia lalu berdoa menyampaikan permasalahan tersebut kepada Tuhan. Hanya dalam beberapa menit, seorang asing muncul di depan pintu dengan membawa sejumlah uang tepat seperti yang ia butuhkan. "Saya tidak mengerti tentang hal ini, kecuali hanya mempercayai bahwa Tuhan sudah menjawab doa saya dengan mendorong kebaikan hati orang itu", demikian Fanny menuliskan pengalamannya. Ia melanjutkan, "Yang muncul dalam pikiran saya setelah kejadian itu ialah Tuhan memimpin saya dengan cara yang begitu indah. Saya membuat puisi dari pengalaman tersebut dan Dr. Robert Lowry membuatkan musiknya". Lagu ini pertama kali muncul dalam kumpulan lagu-lagu Sekolah Minggu dengan judul "Brightest and Best" yang dikumpulkan oleh William H. Doane dan Robert Lowry tahun 1875.